Tuesday, August 11, 2009

10 (SEPULUH) AMALAN TERBALIK

10 (SEPULUH) AMALAN TERBALIK

Saudaraku…

Marilah kita bermuhasabah, menilai dan menghitung kembali tentang amalan harian kita. Terkadang kita dapati amalan kita terbalik atau bertentangan dengan apa yang seharusnya kita lakukan dan yang aituntunkan oleh ISLAM. Mungkin kita tidak sadar atau telah dilalaikan, atau terikut-ikut dengan budaya hidup orang lain.
Perhatikan apa yang dipaparkan dibawah sebagai amalan yang terbalik:
1. Amalan kenduri kematian beberapa malam yang dilakukan oleh keluarga si mati setelah kematian (malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh dan seterusnya) adalah terbalik dari apa yang dianjurkan oleh Rasulullah, dimana beliau telah menganjurkan tetangga memasak makanan untuk keluarga si mati supaya meringankan kesusahan dan kesedihan mereka.
Keluarga tersebut telah ditimpa kesedihan, terpaksa pula menyediakan makanan dan belanja untuk mereka yang datang membaca tahlil. Tidakkah mereka yang hadir makan kenduri tersebut khawatir kalau-kalau mereka memakan harta anak yatim yang ditinggalkan oleh si mati atau harta peninggalan si mati yang belum dibagikan kepada yang berhak menurut Islam?
Amalan ini tidak ada tuntunannya dalam Islam. Entah dari mana.
2. Ketika datang kenduri ke walimatul ‘ursy (pernikahan) seringkali kita memberikan “salam berisi” (hadiah uang yang diberikan sewaktu bersalaman). Jika tidak punya uang maka kita enggan katika hendak menghadiri undangan kenduri tersebut.
Tetapi jika kita menziarahi orang mati, kita tidak ada rasa enggan ataupun malu meskipun tidak memberikan “salam berisi”.
Seharusnya ketika menziarahi keluarga si matilah kita memberi sedekah. Kalau ke kenduri pernikahan, tidak memberipun tidak apa-apa karena tuan rumah mengundang kita untuk member makan dan bukan untuk menambah pendapatan.
3. Ketika menghadiri pertemuan-pertemuan dengan pejabat kita berpakaian indah dan rapi tetapi saat menghadap Allah baik dirumah maupun di masjid, pakaian kita biasa-biasa saja bahkan ada yang kurang layak dan bersih (contohnya: pakaian yang habis dipakai bermain, tidur dll). Tidakkah ini sesuatu yang terbalik?
4. Ketika kita bertamu ke rumah orang dan diberi jamuan maka atau minum, kita enggan menghabiskan karena segan dan malu, sedangkan yang dituntunkan Islam adalah menghabiskan makanan agar tidak mubadzir (sia-sia).
5. Ketika shalat sunnah di masjid kita sangat rajin, tapi kalau di rumah sangat malas. Sedangkan sebaik-baik shalat sunnah adalah yang dilakukan di rumah seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.
6. Bulan puasa adalah bulan mendidik hawa nafsu termasuk nafsu makan yang berlebihan tetapi kebanyakan orang mengaku anggaran belanja tertinggi dalam setahun malah di bulan puasa. Sedangkan seharusnya perbelanjaan di bulan puasa harusnya adalah yang terendah dalam setahun. Bukankah terbalik amalan kita?
7. Ketika hendak mengerjakan haji, kebanyakan orang akan membuat kenduri sebelum berangkat ke Mekkah dan apabila telah kembali dari Mekkah tidak membuat kenduri. Anjuran berkenduri dalam Islam antara lain ialah karena selamat dari bermusafir, bukan sebelum bermusafir. Bukankah amalan ini terbalik?
8. Semua orangtua sangat khawatir jika anaknya gagal dalam ujian. Maka berbagai macam les/ privat belajar tambahan diberikan. Tapi jika anak tidak bisa baca Al-Qur’an dan shalat orangtua tenang-tenang saja. Kalau terhadap guru privat orangtua sanggup membayar Rp 100.000,- sebulan untuk 1 pelajaran 8 kali hadir, tapi kepada guru Al-Qur’an untuk membayar Rp 10.000,- sebulan 20 kali hadir pun sangat berat. Bukankah terbalik amalan kita?
9. Kalau dalam bekerja tak hiraukan siang malam, pagi petang, mesti pergi kerja. Hujan angin pun tetap diterjang karena hendak mematuhi peraturan kerja. Tapi kerumah Allah (masjid) tak ada hujan, tak ada panas tetap tidak datang ke masjid. Sungguh tidak malu manusia seperti ini, rezeki Allah diminta tapi untuk ke rumahNya saja segan dan malas.
10. Seorang istri ketika keluar rumah apakah dengan suami ataupun tidak, bukan main berhiasnya. Tetapi kalau duduk dirumah, masyaAllah.
Sedangkan dalam Islam seorang istri itu dituntut berhias untuk suaminya, bukan untuk oranglain. Perbuatan-perbuatan terbalik inilah yang membuat kehidupan rumahtangga jadi kurang bahagia.

Cukup dengan contoh-contoh diatas. Marilah kita beralih kepada kebenaran agar hidup kita sesuai dengan landasan dan ajaran Islam yang sesungguhnya, bukan pada budaya dan kebiasaan yang telah dirubah-rubah menurut selera manusia.
Allah yang menciptakan kita maka biarlah Allah jua yang mengatur kita.

Sabda Rasulullah saw,
“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”. (HR Bukhari)

1 comment:

bukhoryart said...

hooo.. nice article...
ternyata pemahaman di masyarakat emang masih banyak yang kebalik-balik begitu yaa..
sesuatu klo dah jadi adat kebiasaan kiy susah ngerubahnya. Yoshh.. mari kita mulai dari diri kita sendiri..
Semangat! ^^